Rabu, 11 Desember 2013

“Membangun Jejaring dan Kewirausahaan Perpustakaan”

Seminar Nasional
“Membangun Jejaring dan Kewirausahaan Perpustakaan”
Teatrikal UIN Sunan Kalijaga, 7 Desember 2013, 08.00-12.00

            Seminar ini merupakan seminar yang ditunggu dan diharapkan, namun keberuntungan belum berpihak untuk terlibat langsung dalam atmosfer diskusi mengenai membangun jejaring dan kewirausahaan pustakawan. Kuota penuh adalah jawaban panitia saat itu. Panitia seminar yang selenggarakan oleh Program Studi Ilmu Perpustakaan DIII, Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tidak serta merta memutuskan harapan untuk bisa menikmati seminar tersebut. Twiter hadir sebagai solusi. Seminar bisa diikuti tanpa terbatas ruang dan waktu melalui LIVE TWEETE. Luar biasa…….
            Pembicara seminar yang pertama adalah Prof. Dr. Sulistyo Basuki. Beliau adalah guru besar Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia.Pembicara kedua adalah Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib. Beliau merupakan dosen Prodi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU). Dan moderatornya adalah M. Ainul Yaqin, S.Pd, M.Pd dosen ilmu perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
            Sebagai pembicara, diawali oleh pak Ridwan. Dikatakan bahwa dalam kewirausahaan yang penting adalah inovasi. Ketika ada sesuatu yang akan diperbaiki dan memberikan hasil yang lebih baik maka disitu akan menghasilkan inovasi. Perpustakaan adalah institusi nirlaba yang tujuan kewirausahaannya berkaitan dengan tindakan praktik inisiatif atau pengembangan kepemimpinan untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan dan penggunanya dengan cara baru yang kreatif. Porsi terbesar yang bisa dilakukan pustakawan adalah penerapan jiwa kewirausahaan seperti halnya penerapan TQM yang juga berasal dari dunia bisnis, dan pernah populer di lingkungan birokrasi public. Pustakawan harus bisa membedakan antara file dan record. Tangan pustakawan adalah tangan pengetahuan. Perbaikan yang dilakukan di perpustakaan intinya adalah untuk melakukan tranformasi perpustakaan. Prestasi inovatif dapat dilakukan dengan membuat kebijakan baru, menemukan peluang baru, dan membuat perubahan structural. Banyak pustakawan yang melakukan kewirausahaan di lingkungan perpustakaan dengan melakukan integrasi sehingga dapat berinovasi. Integrasi TI ke dalam manajemen dapat berupa automasi ke-rumahtangga-an perpustakaan, Intitusional Repository (IR), pengorganisasian sumber daya elektronik dan membuat konten literasi. IR sudah dimulai sejak tahun 2000 di Universitas Sumatera Utara (USU). Pada tahun 2002 muncullah kampanye pengguna open acess, dimana dalam dunia internasional skripsi tidak dipandang sebagai hasil riset. Hanya tesis dan disertasi yang merupakan hasil riset. Kewirausahaan yang dilakukan perpustakaan bukanlah kewirausahaan murni, namun tidak mudah. Kewirausahaan murni tidak buntu, namun memiliki kontribusi dalam kemakmuran ekonomi. Dan bila ingin berkembang, maka bangunlah jejaring.
            Materi selanjutnya disampaikan oleh Pak Sulistyo Basuki. Kerjasama perpustakaan itu perlu. Kerjasama dilakukan karena beberapa alasan, antara lain produksi buku yang meningkat, perkembangan pendidikan, perkembangan TI, dan tuntutan masyarakat. Terdapat beberapa macam kerjasama, antara lain: kerjasama pengadaan, kerjasama penyimpanan buku, kerjasama pemusatan pengadaan dan penyimpanan, kerjasama pertukaran dan redistribusi, kerjasama pengolahan data bibliografi, kerjasama penyediaan fasilitas, kerjasama pinjam antar perpustakaan, kerjasama antarpustakawan, kerjasama penyusunan catalog induk, dan kerjasama pemberian jasa informasi. Dalam praktiknya di Indonesia kerjasama pengadaan materi perpustakaan kurang berkembang. Selain itu kerjasama penyimpanan dan pemusatan pengadaan kurang digunakan. Sementara di Malaysia masih dilakukan kerjasama pemusatan pengadaan dan penyimpanan.
Karena kurangnya pemanfaatan kerjasama tersebut, banyak perpustakaan di Indonesia yang melanggar hak cipta seperti praktek fotokopi. Kerjasama yang di lakukan di Indonesia adalah kerjasama perpustakaan dan kerjasama antarpustakawan. Kerjasama perpustakaan ini diwujudkan dengan adanya kartu sakti kartu cerdas, namun pemanfaatannya belum maksimal. Perpustakaan saat ini menghadapi dilemma karena banyaknya kesenjangan. Tujuan jaringan memang untuk menyediakan data dan informasi bagi siapa saja. Milikilah sebanyak-banyaknya akses dengan berjejaring.

Selamat berjejaring dan berwirausaha…..
Seminar selesai J

PUSTAKAWAN DUA GENERASI

PUSTAKAWAN DUA GENERASI……

Fenomena dunia maya dengan segala kemudahannya untuk berjejaring ternyata menyentuh semua generasi. Lucthy Giyan Sukarno dengan jiwa dan gaya mudanya menyentuh kalangan generasi muda untuk mencintai perpustakaan dan kepustakawanan melalui resensi buku dengan tulisannya.  Sementara Pak Blasius Sudarsono hadir dengan pemikiran dan pengalamannya tentang perpustakaan dan kepustakawanan menyentuh semua kalangan untuk sharing pengetahuan dan pengalaman.
Dua sosok luar biasa dan merupakan pustakawan dua generasi……

Luckty Giyan Sukarno

          Dengan mengikuti aktivitasnya di dunia maya dengan tulisan dan gaya bahasa yang digunakan, terbayanglah sosok muda yang enerjik dan menduniakan buku. Tiada hari tanpa membaca. Membaca bukan sekedar membaca. Membaca dengan ilmu dan hati dengan keinginan untuk selalu berbagi.
Luckty Giyan Sukarno adalah mahasiswi lulusan Universitas Padjadjaran, Fakultas Komunikasi Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Saat ini sedang mengabdikan ilmunya sebagai Pustakawan Sekolah di SMA Negeri 2 Metro Lampung. Luckty Giyan Sukarno sangat aktif menulis dan update status di jejaring social “dunia maya”. Update status dan tulisannya merupakan gambaran akan kecintaan terhadap perpustakaan, kepustakawanan dan pustaka. Aktivitasnya “berselancar” di dunia maya diawali sejak tahun 2008 dan sebagian besar berupa resensi buku. Pustakawan muda dengan sejumlah tulisannya dalam “dunia maya” ini merupakan motivator dan gambaran pustakawan masa depan. Mungkin untuk sebagian orang bahasa ini terlalu berlebihan tapi bagi penulis, untuk melakukan tranformasi dan merubah citra pustakawan/ perpustakaan maka dibutuhkan banyak “Luckty Giyan Sukarno” meskipun dengan bentuk dan kapasitas berbagi informasi yang berbeda. 
Buku dan perpustakaan seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisah. Pustakawan muda nan enerjik ini menggunakan kemampuannya meresensi buku untuk menarik minat pencari informasi untuk membaca buku dan menjadikan buku serta perpustakaan sebagai kebutuhan. Perpustakaan adalah tempat yang paling mudah serta murah. Di perpustakaan pengguna bisa membaca banyak buku dan memperoleh informasi tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli buku. Artinya, tumbuhkan kebutuhan untuk membaca, kendala financial untuk membeli buku akan terpecahkan dengan adanya perpustakaan yang hadir di tengah masyarakat sebagai bagian dari kehidupan masyarakat.

Blasius Sudarsono
            Siapa yang tak kenal dengan pustakawan senior dengan sejumlah pengalaman dan buku yang ditulis sebagai media untuk sharing pengetahuan. Blasius Sudarsono lahir di Solo, jawa Tengah pada Februari 1948. Beliau bekerja di PDII-LIPI dalam jabatan fungsional Pustakawan sebelum purna tugas di pertengahan tahun 2013 ini. Aktivitas yang dilakukan adalah melakukan studi mandiri serta mendokumentasikan pengalaman, pengetahuan, dan pemikiran tentang dokumentasi, informasi dan kepustakawanan Indonesia.
            Jejaring social yang hadir sebagai bagian kehidupan dunia maya tidak hanya menyentuh generasi muda. Blasius Sudarsono mulai aktif berjejaring sejak 18 Desember 2008 dan menuru beliau makna pertemanan di jejaring social (facebook) idealnya pertemanan yang saling menguatkan agar kita dapat semakin bijaksana. Facebook saat ini merupakan bagian dari kehidupan kepustakawanan Blasius Sudarsono karena dengan jejaring ini bisa memfasilitasi layanan maya. Ketika online beliau mengibaratkan hadir sebagai pustakawan referensi yang masuk ruang layanan referensi. Maka setiap yang dikenal akan disapanya dengan hangat, mungkin ada yang membutuhkan layanan referensi. Blasius Sudarsono memposisikan diri sebagai “virtual reference librarian”. Semangat berbagi dan sebagai mediator pengetahuan ini yang menjadi motivasi. Kegalauan akan profesi pustakawan dan perpustakaan di sebagian orang bisa teratasi dengan kehadiran beliau untuk sharing tanpa terbatas ruang dan waktu.  Ketika niat untuk berbagi dan hadir sebagai bagian dari masyarakat pengguna maka sudah tidak ada lagi kendala batas ruang dan waktu
             
Belum ada kata terlambat untuk membuat perubahan…
Dunia perpustakaan dan kepustakawanan sudah mulai menggeliat….
“Dunia maya” merupakan tempat “perubahan” paling efektif saat ini…

Mari berbagi…..

CYBER RELIGION

Cyber Religion….

                Cyber Religion merupakan aktivitas keagamaan yang dilakukan secara online. Aktivitas untuk melakukan komunikasi dan dialog keagamaan dengan memanfaatkan account twiter, facebook maupun web merupakan hal yang efektif dilakukan saat ini. Seseorang tidak terbatas ruang dan waktu untuk berbagi informasi, belajar agama dan saling mengingatkan tentang agama. Saat ini hanya dengan satu “klik” kita bisa bertanya apa saja dan mengetahui apa saja. Banyak situs-situs baik yang dikelola pribadi maupun group yang menjadi sarana komunikasi dan aktivitas keagamaan secara online. Semua kemudahan yang ditawarkan  dari Cyber Religion ini tidak terlepas dari sisi negative bila kita tidak mampu menganalisis kejelasan content maupun profil pengelolanya.
                Dalam menganalisis situs yang bisa dijadikan bahan rujukan diawali dengan melihat dari sisi pengelola situs tersebut. Apakah pengelola situs anonym/ tidak? Apakah berupa perorangan atau group? Bagaimana kapasitas dan ilmu keagamaan yang dimiliki oleh pengelola? Selain itu, analisis bisa dilakukan dari sis content yang dimasukkan. Apakah konten yang dikelola berupa fakta atau asumsi? Bagaimana rujukan yang dipakai? Apakah rujukan berupa Al-Quran dan hadist yang dijadikan landasan dikutip secara keseluruhan atau sebagian dan bagaimana penterjeahannya? Bagaimana bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan yang ingin dibagi dan dirujuk?
                Sebagai salah satu bahan analisa, terdapat sebuah akun facebook “X” yang selalu update status keagamaan. Akun ini dikelola secara perorangan. Update statusnya dilakukan dilakukan secara berkala. Content yang dimasukkan berupa tema-tema keagamaan dengan mengutip Al qur’an dan Hadist. Tema yang diangkat merupakan diskusi mengenai bid’ah dan sebagian besar merupakan kumpulan tulisan atau kutipan ceramah. Terdapat banyak dialog dan komentar dalam setiap status yang di update  pengelola tidak hadir sebagai pemecah atas tema yang sudah digulirkan. Bahasa yang digunakan cukup menarik banyak komentar baik yang pro maupun kontra. Setiap status dikomentari paling sedikit sekitar 200-an orang bahkan ada status tertentu yang sampai mencapai 820 comment. Yang disayangkan adalah dengan tingkat respon tinggi tersebut, pengelola tidak hadir untuk meluruskan atau mempertanggung jawaban atas apa yang sudah digulirkan ke meja diskusi. Salah tempat mencari ilmu, salah content yang diterima dan kurangnya dasar sebagai pertimbangan untuk menerima atau menolak setiap content yang ada bisa menjadi boomerang bagi para pencari informasi melalui dunia maya
                Dengan demikian, pustakawan sebagai mediator informasi di perpustakaan harus mampu menganalisasumber  informasi yang akan ditawarkan kepada penggunanya sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi. Internet dengan semua situs yang ada bagaikan dua sis mata uang bagi pengelola informasi dan para pencari informasi. Bila tidak pandai memilah dan memilih maka informasi yang didapatkan akan salah dan hanya berupa informasi “sampah”


Jumat, 06 Desember 2013

Pustaka kreatif "qur'aniyah"

Semua berawal dari semangat dan tak pernah ada kata terlambat...
Perpustakaan yang tertidur cukup lama sudah mulai menggeliat di akhir tahun 2013.
Tak perlu menunggu awal tahun baru untuk semangat baru.
"Perpustakaan kecil" dengan koleksi hanya 300judul & 700eks menjadi sumber pengetahuan bagi 200an pemustakanya mempunyai "mimpi besar" melahirkan "orang-orang besar".
Mari berbagi..... ilmu tak akan pernah mati dan 1 buku sangat berarti

--Pustaka kreatif qur'aniyah--
-desa batukuta-lombok barat-

Senin, 02 Desember 2013

BUKU...

 Buku adalah sebuah benda mati, tetapi kehidupan terus hidup didalamnya. Dengan buku, kau punya sarana ampuh untuk membalikkan waktu.
Karlina Leksono

Semua yang kamu butuhkan untuk meraih sukses dan masa depan yang lebih baik sudah dituliskan. Yang perlu kamu lakukan hanyalah pergi ke perpustakaan.
Jim Rohn


Cinta kepada buku bisa membawa kita kepada kebahagiaan dalam hidup.
Cinta kepada kemalasan bisa membawa kita kepada kebodohan yang nyata.
Mari mencintai buku dengan membacanya, bukan sekedar mengoleksinya 

Perpustakaan dan masyarakat

Perpustakaan dan masyarakat merupakan dua subjek yang saling berhubungan, mempengaruhi, menentukan, dan saling membutuhkan. Perpustakaan dengan tugas dan fungsinya merupakan salah satu sumber informasi dan pembelajaran bagi masyarakat. Pada sisi lain, masyarakat dalam keseharian sering membutuhkan ketersediaan dan layanan informasi yang dapat diperoleh diperpustakaan dengan mudah dan cepat. Artinya, bahwa keberadaan perpustakaan memang diinginkan, dikehendaki, dan diperlukan oleh masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat yang sudah maju biasanya ditandai dengan keberadaan, perkembangan dan persebaran perpustakaan yang cukup merata dan representatif. Kondisi tersebut sekaligus mencerminkan suatu sistem kehidupan masyarakat yang membutuhkan ketersediaan dan kemudahan memperoleh akses informasi. Perpustakaan merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang harus dapat dipenuhi sebagaimana kebutuhan yang lain. Perpustakaan dan masyarakat memiliki hubungan kausal, yakni hubungan sebab dan akibat. Artinya, adanya perpustakaan karena ada masyarakat yang membutuhkan, dan keberadaan perpustakaan adalah untuk melayani masyarakat. Kiranya tidak berlebihan jika diibaratkan bahwa antara perpustakaan dan masyarakat tersebut seperti dua sisi mata uang yang mempunyai nilai yang sama dan tak dapat dipisahkan. Maksudnya bahwa di mana ada masyarakat yang tinggal dengan berbagai aktivitasnya, maka di tempat itu perlu dibangun perpustakaan.      
Eksistensi perpustakaan apa pun jenisnya dan di mana pun berada adalah untuk melayani masyarakat. Masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah kelompok komunitas penduduk yang membutuhkan dan menginginkan adanya layanan perpustakaan, seperti masyarakat umum, masyarakat sekolah, masyarakat perguruan tinggi, dan masyarakat pegawai pada lembaga pemerintah dan nonpemerintah. Secara lebih khusus tanggung jawab social sebuah perpustakaan adalah dalam memberikan layanan informasi kepada masyarakat dengan memberikan kesempatan yang sama, demokratis, merata dan  adil.


Layanan Cinta

"Jika engkau bekerja dengan penuh rasa cinta, engkau menyatukan dirimu dengan hidupmu dan semua orang, serta engkau dekatkan dirimu dengan Tuhan." (Khalil Gibran)

Cinta adalah kata yang mudah diucapkan, tapi menantang untuk diuraikan. Cinta seperti pisau bermata dua. Jika emosi bertabur bunga, kebahagiaan menguasai diri. Tapi jika emosi berawan redup, kegelisahan dan kedukaan terjadi. 
Cinta diharapkan ada pada setiap manusia.
Pemustaka adalah manusia yang mempunyai hati, perasaan dan cinta yang perlu diperhatikan. Pemustaka sangat menentukan maju  dan berkembangnya sebuah perpustakaan. Perpustakaan yang megah, peralatan yang canggih, koleksi yang lengkap, fasilitas yang modern belum mempunyai arti apa-apa jika belum dimanfaatkan oleh pemustaka. Untuk itu perlu diusahakan agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Usaha yang sangat penting adalah memberikan layanan yang sangat istimewa kepada pemustaka. Salah satunya adalah layanan cinta dengan memberlakukan pemustaka sebagai raja. Perpustakaan yang sederhana akan menjadi surga jika tenaga perpustakaan dapat memberikan layanan cintanya
Layanan CINTA....... (Layanan Cerdas, penuh INisiatif, Tersenyum dan pro-Aktif)
Cerdas artinya selalu berusaha mencari hal-hal yang baru dalam pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka yang terus berkembang sesuai kondisi lingkungannya
Tenaga perpustakaan harus penuh INisiatif melakukan pendekatan dan menjalin komunikasi efektif dengan pemustaka. Terkadang pemustaka malu untuk bertanya dan bersifat lebih pasif. 
Tersenyum adalah senjata ampuh dalam memberikan layanan perpustakaan. Tersenyum merupakan ice breaker yang membuka hati pemustaka 
Pro-Aktif artinya selalu merespon setiap pemustaka walaupun belum menginginkan bantuan.
Layanan cinta adalah layanan yang diberikan dengan senang hati, tulus dan ikhlas untuk dapat memenuhi kebutuhan pemustaka. Layanan cinta bergerak dari pernyataan umum yang menyatakan "semakin banyak memberi, akan menerima jauh lebih banyak".
Lakukanlah segalanya dengan CINTA...... 
SEMANGAT PAGI DUNIA..... 
SALAM CINTA UNTUK PUSTAKAWAN