Rabu, 11 Desember 2013

CYBER RELIGION

Cyber Religion….

                Cyber Religion merupakan aktivitas keagamaan yang dilakukan secara online. Aktivitas untuk melakukan komunikasi dan dialog keagamaan dengan memanfaatkan account twiter, facebook maupun web merupakan hal yang efektif dilakukan saat ini. Seseorang tidak terbatas ruang dan waktu untuk berbagi informasi, belajar agama dan saling mengingatkan tentang agama. Saat ini hanya dengan satu “klik” kita bisa bertanya apa saja dan mengetahui apa saja. Banyak situs-situs baik yang dikelola pribadi maupun group yang menjadi sarana komunikasi dan aktivitas keagamaan secara online. Semua kemudahan yang ditawarkan  dari Cyber Religion ini tidak terlepas dari sisi negative bila kita tidak mampu menganalisis kejelasan content maupun profil pengelolanya.
                Dalam menganalisis situs yang bisa dijadikan bahan rujukan diawali dengan melihat dari sisi pengelola situs tersebut. Apakah pengelola situs anonym/ tidak? Apakah berupa perorangan atau group? Bagaimana kapasitas dan ilmu keagamaan yang dimiliki oleh pengelola? Selain itu, analisis bisa dilakukan dari sis content yang dimasukkan. Apakah konten yang dikelola berupa fakta atau asumsi? Bagaimana rujukan yang dipakai? Apakah rujukan berupa Al-Quran dan hadist yang dijadikan landasan dikutip secara keseluruhan atau sebagian dan bagaimana penterjeahannya? Bagaimana bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan yang ingin dibagi dan dirujuk?
                Sebagai salah satu bahan analisa, terdapat sebuah akun facebook “X” yang selalu update status keagamaan. Akun ini dikelola secara perorangan. Update statusnya dilakukan dilakukan secara berkala. Content yang dimasukkan berupa tema-tema keagamaan dengan mengutip Al qur’an dan Hadist. Tema yang diangkat merupakan diskusi mengenai bid’ah dan sebagian besar merupakan kumpulan tulisan atau kutipan ceramah. Terdapat banyak dialog dan komentar dalam setiap status yang di update  pengelola tidak hadir sebagai pemecah atas tema yang sudah digulirkan. Bahasa yang digunakan cukup menarik banyak komentar baik yang pro maupun kontra. Setiap status dikomentari paling sedikit sekitar 200-an orang bahkan ada status tertentu yang sampai mencapai 820 comment. Yang disayangkan adalah dengan tingkat respon tinggi tersebut, pengelola tidak hadir untuk meluruskan atau mempertanggung jawaban atas apa yang sudah digulirkan ke meja diskusi. Salah tempat mencari ilmu, salah content yang diterima dan kurangnya dasar sebagai pertimbangan untuk menerima atau menolak setiap content yang ada bisa menjadi boomerang bagi para pencari informasi melalui dunia maya
                Dengan demikian, pustakawan sebagai mediator informasi di perpustakaan harus mampu menganalisasumber  informasi yang akan ditawarkan kepada penggunanya sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi. Internet dengan semua situs yang ada bagaikan dua sis mata uang bagi pengelola informasi dan para pencari informasi. Bila tidak pandai memilah dan memilih maka informasi yang didapatkan akan salah dan hanya berupa informasi “sampah”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar